Minggu, 02 Februari 2020


MAKALAH
PERKEMBANGAN ANAK USIA 6 – 8 TAHUN
 



Disusun Oleh :
Nita Tri Wahyuni                       1986207009
Rindi ning Tyas                           1986207028
Syarifatur Rosyida                     1986207029
Syifa Salsa Billah                       1986207030
Risca Novita                              1986207079



PROGRAM STUDY
PENDIDIDKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BINA INSAN MANDIRI
SURABAYA 2020
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………………………………………………….i
Daftar Isi………………………………………………………………………………………..………………ii
Kata Pengantar………………………………………………………………………………………………iii
BAB I
A.   Latar Belakang…………………………………………………………………………………..
B.   Rumusan Masalah………………………………………………………………………………
C.   Tujuan Pembahasan………………………………………………………………………….
D.  Manfaat Pembahasan……………………………………………………………………….
BAB II
A.   Tahap Perkembangan Anak Usia 6-8 tahun……..………………………..
B.   Karakteristik Aspek Perkembangan Anak…………………………………..
C.   Faktor-Faktor perkembangan anak usia 6-8 tahun……………………
D.  Stimulasi Perkembangan usia 6-8 tahun………………………………………
E.   Implementasi perkembangan terhadap pembelajaran di SD…..
BAB II
A.   Kesimpulan………………………………………………………………………………………....
B.   Saran dan Kritik………………………………………………………………………………..
C.   Daftar Isi…………………………………………………………………………………………


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, tak henti-hentinya penulis haturkan kepada Allah Yang Maha Esa. Dialah Allah yang Maha Melapangkan (Al-Basith) dan Maha Membimbing (Ar-Rasyid) yang memberikan kelapangan hati dan membimbing kami dalam menghadapi dan menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan taslim kami junjungkan kepada Nabiullah Muhammad saw. yang dengan perjuangan beliau sehingga Islam bangkit dipermukaan bumi dan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa derajat.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak akan pernah selesai dengan baik tanpa bantuan dari beberapa pihak yang senantiasa memberi kami motivasi, dukungan, kritik, dan saran-sarannya dalam menyelesaikan makalah ini. Mereka sangatlah berarti bagi kami.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, baik dari segi kalimatnya sendiri ataupun dari segi bobotnya. Sehingga, dengan rendah hati kami mengharapkan kritikan dan saran yang  sifatnya membangun demi kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.

Surabaya, 1 Januari 2020


                     Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Anak usia dini adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 0 – 8 tahun. yang merupakan sosok individu yang sedang berada dalam proses perkembangan. Perkembangan anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks, suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek : gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya.
Perkembangan anak perlu didukung oleh keluarga dan lingkungan, supaya tumbuh kembang anak berjalan secara optimal dan kelak ia menjadi manusia dewasa yang berkualitas dan menjadi insan yang berguna baik bagi dirinya maupun keluarga, bangsa dan negara. Proses pendidikan bagi anak usia dini secara formal dapat ditempuh di TK, Play Group, TPA atau SD kelas awal. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan yang ditujukan untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran agar anak dapat mengembangkan potensi-potensinya sejak dini sehingga anak dapat berkembang secara wajar sebagai seorang anak. Melalui suatu proses pembelajaran sejak usia dini, diharapkan anak tidak saja siap untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh rangsangan-rangsangan fisik-motorik, intelektual, sosial, dan emosi sesuai dengan tingkat usianya.
Menurut Hibana (2002:2), bahwa makna pendidikan anak usia  dini adalah  upaya yang terencana dan sistematis yang dilakukan oleh pendidik  atau  pengasuh  anak  usia0-8  tahun  dengantujuan agar  anak  mampu mengembangkan    potensi  yang  dimiliki  secara  optimal.  Menurut m makna  tersebut    dapat    diambil  kesimpulan    bahwa    potensi  anak    harusdikembangkan secara    maksimal  sejak    dini  karena    anak    yang mendapatkan   pembinaan   sejak   usia   dini   akan   dapat   meningkatkan  kesehatan  dan kesejahteraan  fisik  dan  mental yang  akan  berdampak  karena peningkatan  prestasi  belajar,  sehingga  akhirnya  anak  akan  lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

B.       Rumusan Masalah
1.     Bagaimana Tahap Perkembangan anak usia 6-8 tahun
2.    Bagaimana karakteristik aspek Perkembangan anak
3.    Apa Faktor-Faktor  perkembangan anak usia 6-8tahun
4.    Bagaimana stimulasi pada usia perkembangan 6-8 tahun
5.    Bagaimana proses belajar di SD

C.       Tujuan Pembahasan
1.     Mengetahui tahapan Perkembangan anak usia 6-8 tahun
2.    Memahami karakteristik aspek perkembanagan
3.    Untuk mengetahui Faktor – Faktor pada perkembangan anak usia 6-8tahun
4.    Mengerti stimulasi pada usia perkembangan 6-8 tahun
5.    Paham Bagaimana proses belajar di SD
D.      Manfaat Pembahasan
1.     Agar pembaca memahami tentang Perkembangan anak usia 6-8 tahun
2.    Menjadi salah satu sumber Informasi bagi pembaca
3.    Menjadi motifasi pembaca agar dapat membuat makalah yang lebih dari ini.
4.    Menjadi alat ukur diri dalam memahami sebuah materi yang telah disediakan.

















BAB II
PEMBAHASAN

A.  Tahap Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun
1.     Perkembangan Nilai Agama dan Moral
Ø  Sikap keagamaan represif meskipun masih banyak bertanya.
Ø  Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum mendalam) meskipun mereka salah melakukan atau partisipasi dalam berbagai kegiatan ritual.
Ø  Hal ketuhanannya secara ideosyncritic (menurut khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf kognitifnya yang masih bersifat egosentris (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya).  

2.    Perkembangan Fisik Motorik
a)    Motorik Kasar
Ø  Berdiri dengan satu kaki tanpa jatuh
Ø  Berlari lurus tanpa jatuh dengan zigzag/bervariasi, misalnya melalui rintangan
Ø  Berjalan lurus dan bervariasi
Ø  Melompat dari ketinggian 20 cm
Ø  Melempar atau menangkap bola kecil dengan jarak 5-10 meter
Ø  Mengkombinasikan gerakan jalan dan lari
Ø  Mengkombinasikan gerakan jalan, lari, melompat dan melempar
Ø  Berguling kedepan
Ø  Sudah dapat mengendarai sepeda roda dua
Ø  Dapat menari dan mengikuti gerakan dalam senam irama.
b)   Motorik Halus
Ø  Menggambar orang dengan anggota tubuh lengkap.
Ø  Membuat dan menulis angka.
Ø  Membuat wajik, segitiga dan segiempat.
Ø  Memotong dan menggunting dengan sempurna.
Ø  Menggambar sesuai dengan penglihatan.
Ø  Meniru kalimat dengan tulisan tangan.

3.    Perkembangan Kognitif
Ø  Mampu membedakan kata yang hampir sama.
Ø  Mampu mengenal angka 1-500 secara bertahap.
Ø  Mengenal nilai tempat.
Ø  Mampu memahami konsep penjumlahan dan pengurangan, perkalian dan pembagian, bangun ruang, luas dan waktu.
Ø  Mengelompokkan benda menurut cerita.
Ø  Bermain teka-teki atau membuat kata menyebut huruf atau bunyi awal kata.

4.    Perkembangan Bahasa
Ø  Mampu menguasai lebih kurang 14000 kata.
Ø  Mampu memperkenalkan diri, nama, alamat dan keluarganya.
Ø  Menceritakan banyak hal, diantaranya cerita mengenai keadaan di rumah di sekolah, ibu, guru dan permainan yang disukai.
Ø  Anak mengerti bahwa kata mempunyai arti dan fungsi.
Ø  Anak dapat bercerita sendiri dengan gambar yang dibuatnya.
Ø  Menyempurnakan kalimat dengan mengisi titik-titik.
Ø  Membaca, menyempurnakan kalimat sederhana dan meniru kata.
Ø  Menyempurnakan kalimat secara lisan sesuai gambar.
Ø  Menceritakan kegiatan berdasarkan gambar dan membaca percakapan.
Ø  Menjawab pertanyaan, menyanyikan lagu puisi yang sesuai dengan gambar.
Ø  Membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang wajar.

5.    Perkembangan Sosial Emosional
Ø  Menyapa dengan tutur kata yang sopan.
Ø  Mampu bergaul akrab dengan kawannya, bermain bersama dan mengadakan eksperimen kelompok.
Ø  Mampu bertingkah laku sesuai dengan norma etis dan sosial di lingkungan.
Ø  Lebih sering bersaing dengan teman sebaya.
Ø  Masih dipengaruhi oleh pendapat dari teman sebaya.
Ø  Menjadi lebih mandiri di tempat bermain.
Ø  Sering bermain dengan teman sebaya.

B.   Karakteristik Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun
1.     Perkembangan motorik
Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas. Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah.Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis,
mengetik, berenang, main bola dan atletik.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Dengan kata lain, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak di sekolah dasar. Pada masa usia ini, kematangan perkembangan motorik umumnya sudah dicapai, karena itu anak sudah siap untuk menerima pelajaran keterampilan.
2.   Perkembangan intelektual
Intelektual merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak. Intelektual sering kali disinonimkan dengan kognitif, karena proses intelektual banyak berhubungan dengan berbagai konsep yang telah dimiliki anak dan berkenaan dengan bagaimana anak menggunakan kemampuan berfikirnya dalam memecahkan suatu persoalan.
Dalam kehidupannya mungkin saja anak dihadapkan kepada persoalanpersoalan yang menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan suatu persoalan merupakan langkah yang lebih kompleks pada diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan persoalan, anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya.
Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir. Kedua hal ini merupakan aktivitas kognitif yang perlu dikembangkan.
Perkembangan struktur kognitif berlangsung menurut urutan yang sama bagi semua anak. Setiap anak akan mengalami dan melewati setiap tahapan itu, sekalipun kecepatan perkembangan dari tahapan-tahapan tersebut dilewati secara relatif dan ditentukan oleh banyak faktor seperti : kematangan psikis, struktur syaraf, dan lamanya pengalaman yang dilewati pada setiap tahapan perkembangan. Mekanisme
utama yang memungkinkan anak maju dari satu tahap pemungsian kognitif ke tahap berikutnya oleh Piaget disebut asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium.
Para ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus menerus dan mengikuti suatu tahapan perkembangan. Piaget melukiskan urutan perkembangan kognitif ke dalam empat tahap yang berbeda secara kualitatif yaitu :
(1) tahap sensorimotorik (lahir – 2 tahun),
(2) tahap praoperasional (2 - 7 tahun),
(3) tahap operasional konkrit (7 -11 Tahun) dan
(4) tahap operasional formal ( 11 - 16 tahun).
Dari setiap tahapan itu urutannya tidak berubah-ubah. Semua anak akan melalui ke empat tahapan tersebut dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena masing-masing tahapan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya. Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak berubah-ubah, tidak menutup kemungkinan adanya percepatan untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya.
Anak SD kelas awal berada pada tahap peralihan dari tahap praoperasional dan tahap operasional konkrit. Mungkin saja dapat kita temukan anak-anak SD kelas awal sudah mampu menguasai kemampuan-kemampuan dalam tahap operasional konkrit yang berupa dikuasainya kemampuan dalam konservasi, klasifikasi dan seriasi.
Konservasi merupakan suatu kemampuan untuk memahami bahwa sifat suatu obyek tidak berubah meskipun terjadi transformasi terhadap obyek tersebut. Jenis konservasinya adalah konservasi volume, jumlah, berat, panjang dan luas.
Klasifikasi adalah suatu kemampuan untuk mengelompokkan benda-benda berdasarkan aspek tertentu, seperti warna, bentuk atau besaran. Sedangkan seriasi merupakan kemampuan untuk dapat mengatur sesuatu secara berurutan. Misalnya mengurutkan benda dari yang besar menuju yang kecil. Anak yang sudah memiliki kemampuan di atas menunjukkan bahwa anak sudah masuk dalam masa operasi konkret atau masa berakhirnya berpikir khayal dan mulai berfikir konkret (berkaitan dengan dunia nyata). Kemampuan ini merupakan dasar bagi anak untuk dapat melaksanakan tugas-tugas belajar di SD yang menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif seperti membaca, menulis dan berhitung.
Pada periode ini anak sudah memiliki kemampuan dalam hal perhitungan (angka) seperti menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi. Di samping itu, pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
3.   Perkembangan Bahasa
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomuniasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambar, gambar atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada masa
awal sekolah dasar (usia 6 tahun) anak sudah menguasai sekitar 2500 kata, usia 8 tahun 20000 kata dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) telah menguasai sekitar 50000 kata (Abin Syamsudin M, 1991; Nana Syaodih S, 1990).
Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang perjalanan/petualangan, riwayat para pahlawan dsb). Pada masa ini tingkat berpikir anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat. Oleh karena itu, kata tanya yang digunakannya yang semula hanya “apa”, sekarang sudah diikuti dengan pertanyaan : “dimana”, “darimana”, “ke mana”, “mengapa” dan “bagaimana”.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah :
1.     Proses kematangan, dengan perkataan lain anak menjadi matang (organ organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
2.    Proses belajar, yang berarti anak yang sudah matang untuk berbicara mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan.kata-kata yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga pada usia anak masuk sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat : (1) dapat membuat kalimat yang lebih sempurna,
(2) dapat membuat kalimat majemuk, dan
(3) dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan.
4.   Perkembangan Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam berhubungan sosial atau merupakan suatu proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan normanorma kelompok, tradisi maupun moral agama. Perkembangan sosial pada anak usia 8 tahun sudah mulai ditandai dengan adanya perluasan hubungan di samping dengan keluarga juga dengan orang dewasa dan teman lain di sekitarnya. Selain dari itu, pada
usia ini anak mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau dengan teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya menjadi lebih luas.
Pada usia sekolah dasar anak sudah mulai memiliki kesanggupan untuk menyesuaikan diri dari sifat egosentris (berfokus pada diri sendiri) kepada sikap yang kooperatif (bekerjasama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain). Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang).
Anak merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya. Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
5.   Perkembangan Emosi
Menginjak usia sekolah dasar, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidak dapat diterima dalam masyarakat. Anak mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasan). Dalam proses peniruan,
kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh.cApabila anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang suasana emosionalnyacstabil, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil. Akan tetapi apabilackebiasaan orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil dan kurangckontrol misalnya melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah mengeluh,ckecewa atau pesimis dalam menghadapi masalah, maka perkembangan emosi anakccenderung kurang stabil.
Pada anak usia 5-7 tahun sudah mulai tumbuh bahwa anak tidak harus memahami orang lain saja, tetapi sudah mulai tumbuh pemahaman tentang dirinya
sendiri. Pada usia ini anak baru bisa memahami satu sifat atau satu kondisi tentang dirinya. Misalnya anak mengatakan “saya senang matematika, atau saya tidak suka olah raga). Beranjak pada usia 8 tahun, anak sudah mulai memiliki pemahaman dua sifat secara bersama-sama, sambil dapat menjelaskan mengapa suka dan tidak suka.
Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah dasar adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih saying, rasa ingin tahu, dan kegembiraan (rasa senang, nikmat atau bahagia). Namun selain dari itu, pada usia 8 tahun anak juga sudah mampu menilai diri sendiri dan konsep dirinya sudah lebih akurat dan realistis.
Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat, atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas belajar, seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas dandisiplin dalam belajar. Sebaliknya apabila yang menyertai proses itu adalah emosi negatif, seperti perasaan tidak senang, kecewa, tidak bergairah maka proses belajar akan mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar sehingga kemungkinan besar anak akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
Selain pengaruh emosi tersebut di atas, anak usia 8 tahun sudah mempunyai kemampuan untuk dapat bekerja lebih cepat dan efektif yang pada akhirnya dapat mengembangkan rasa bahwa dirinya mampu mengerjakan sesuatu.



6.    Perkembangan Moral
Moral (kata latinnya “moris”) merupakan suatu adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas adalah kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Yang termasuk dalam katagori nilai-nilai moral adalah:
Ø  seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
Ø  larangan mencuri, berzina, membunuh meminum minuman keras dan berjudi. Seseorang dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara yakni :
ü  Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau orang dewasa lainnya. Di samping itu perlunya keteladanan orang tua, guru dan orang dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral.
ü  Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya (seperti orang tua, guru, kiai, atau orang dewasa lainnya)
ü  Proses coba-coba (trial and error), yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya.
Penanaman nilai-nilai moral dimulai dari lingkungan keluarga dimana orang tua memiliki andil yang besar untuk memberi pemahaman pada anak tentang mana yang baik dan salah. Pada mulanya mungkin anak tidak mengerti konsep moral ini, namun lambat laun anak akan dapat memahaminya.
Ketika anak berusia di bawah 6 tahun, perilaku yang ditunjukkannya didasari atas kepatuhannya terhadap aturan orang tua atau orang dewasa lainnya, tetapi mema suki usia 6-8 tahun perkembangan moral anak sudah berubah, pada usia ini anak memiliki kemampuan lebih dalam memahami dan merefleksikan nilai-nilai moral.
Anak sudah lebih mampu melaksanakan peraturan mana yang benar dan mana yang salah. Selain itu, pada usia ini anak sudah dapat memahami perbedaan pendapat dengan orang lain.

C.   Faktor-Faktor Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu:
1). Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh merupakan suatu cara terbaik  yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai perwujudan dari rasa tanggung  jawab  kepada  anak-anaknya.  Orang  tua  mempunyai tanggung  jawab  yang  paling  besar  terhadap  perkembangan  anak. Orang  tua  harus  menciptakan  suasana  yang  kondusif  untuk mewujudkan pola asuh yang baik.
2). Lingkungan
Lingkungan  dapat  diartikan  secara  fisiologis,  psikologis  dan sosio kultural.
a).Lingkungan Secara Fisiologis
Faktor  lingkungan  yang  mempengaruhi  secara  fisiologis mencakup  segala  kondisi  dan  material  jasmaniah  di  dalam  tubuh seperti  gizi,  vitamin,  air,  zat  asam,  suhu,  sitem  saraf,  peredaran darah, pernafasan, pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indokrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan jasmani.
b). Lingkungan Secara Psikologis
Secara  psikologis,  lingkungan  mencakup  segenap  stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsesi, kelahiran . stimulasi itu diantaranya berupa : sifat-sifat gen,selera, keinginan, perasaan,  tujuan-tujuan,  minat,  kebutuhan,  kemauan, emosi,  dan kapasitas intelektual.
c). Lingkungan Secara Sosio-Kultural
Secara  sosio-kultural  lingkungan  meliputi  segenap  stimulasi, interaksi  dan  kondisi  eksternal  dalam  hubungannya  dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok,  pola  hidup  masyarakat, latihan,  belajar,  pendidikan pengajaran  baik  dirumah  ataupun  di sekolah, dan  bimbingan penyuluhan.


3). Secara Keturunan
Faktor  lain  yang  mempengaruhi  perkembangan  anak  adalah keturunan,  menurut  Monks  yaitu  perkembangan  anak  dilihat  sebagai pertumbuhan dan  pemasakan  organisme.  Perkembangan  bersifat endogen, artinya perkembangan tidak hanya berlangsung spontan saja, melainkan  juga  harus dimengerti  sebagai  pemekaran   yang  telah ditentukan secara biologis dan tidak dapat berubah lagi.
D.  Stimulasi Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun
1.     Stimulasi Motorik
Stimulasi motorik kasar yang bisa dilakukan:
Ø  Bermain kasti, basket, dan bola kaki. Kegiatan ini sangat baik untuk melatih keterampilan menggunakan otot kaki. Anak juga belajar mengenal adanya aturan main, sportivitas, kompetisi dan kerja sama dalam sebuah tim.
Ø  Berenang. Manfaat dari kegiatan ini sangat banyak karena melatih semua unsur motorik kasar anak. Anak pun mendapat pelajaran dan latihan mengenai perbedaan berat jenis maupun keseimbangan tubuh.
Ø  Lompat jauh. Manfaatnya hampir sama dengan bermain bola kaki dan sejenisnya. Pada kegiatan ini anak mendapatkan point plus, yaitu prediksi terhadap jarak.
Ø  Lari maraton. Manfaatnya mirip sekali dengan lompat jauh, hanya caranya yang berbeda.
Ø  Kegiatan outbound. Seperti halnya berenang, maka dengan ber-outbound semua kemampuan motorik kasar dilatih. Malahan anak bisa mendapatkan hal yang lain, seperti keberanian, survival, dan kedekatan dengan Maha Pencipta serta kesadaran pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dengan hewan dan tumbuhan.
Stimulasi motorik halus:
Ø  Menggambar, melukis dengan berbagai media.
Ø  Membuat kerajinan dari tanah liat.
Ø  Membuat seni kerajinan tangan, misalnya membuat boneka dari kain perca.
Ø   Bermain alat musik seperti gitar, biola, piano dan sebagainya.

2.    Stimulasi Bahasa
Aneka kegiatan yang bisa orang tua lakukan guna menstimulasi bahasa anak adalah:
Ø  Mengadakan acara mendongeng.
Ø  Membaca buku cerita, baik dilakukan oleh orang tua atau si anak sendiri.
Ø  Menceritakan kembali suatu kisah dari buku cerita yang sudah dia baca.
Ø  Sharing mengenai pengalaman sehari-hari yang bisa dilakukan secara verbal, gambar atau tulisan.
Ø  Berdiskusi tentang suatu tema

3.    Stimulasi Sosial Emosional
Stimulasi Sosial Emosional dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal maupun intrapersonal anak balita maupun 6-8 tahun. Manfaat utamanya adalah mengembangkan rasa percaya  diri, memupuk kemandirian, mengetahui dan menjalani aturan, memahami orang lain, dan mau berbagi.
Cara memberikan stimulasi bisa dengan cara sebagai berikut:
Ø  Biarkan anak melakukan sendiri apa yang bisa ia lakukan.
Ø  Buatlah kesepakatan tentang berbagai hal yang baik/boleh dan tidak, serta konsekuensinya. Tentu dengan bahasa yang bisa dipahami anak.
Ø  Berikan penghargaan untuk hal-hal yang dapat dilakukanya dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya. Bisa juga ketika anak dapat mengikuti aturan (terutama pada awal mula diterapkan suatu aturan).
Ø  Berikan konsekuensi negatif atau punishment terhadap tingkah laku anak yang kurang baik atau tidak sesuai dengan aturan. Untuk hal ini perlu mempertimbangkan usia anak.
Ø  Berikan perhatian untuk berbagai reaksi emosi anak. Contoh, saat dia sedih, gembira, marah, berikanlah respons yang sesuai dengan kebutuhannya kala itu.
Ø  Anak difasilitasi untuk bermain peran.
Ø  Biasakan anak untuk mampu mengungkapkan perasaanya, baik secara verbal, tulisan, ataupun gambar.
Ø  Biasakan mau berbagi dalam setiap kesempatan.

4.    Stimulasi Spiritual
Sifat spiritual berkaitan erat dengan kesadaran adanya Sang Pencipta. Di sinilah anak belajar tentang kewajiban tertentu sebagai hamba Tuhan sesuai ajaran agama masing-masing. Selain itu kecerdasan spiritual juga berkaitan dengan pemahaman bahwa ia menjadi bagian dari alam semesta. Di sini anak memiliki peran tertentu supaya bisa hidup harmonis dengan seluruh makhluk Tuhan.
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan kecerdasan spritual anak balita dan usia 6--8 tahun adalah sebagai berikut:
Ø  Lakukan diskusi bahwa semua benda di sekitarnya ada yang menciptakan. Contoh, “Siapa yang membuat meja ini?” anak menjawab, “Tukang kayu.” Lalu kita berikan lagi pemahaman padanya “Apakah sama meja ini dengan tukang kayu yang membuatnya?”
Ø  Mengaitkan materi-materi pelajaran atau hal-hal di sekitarnya dengan kebesaran Tuhan, terlebih pada pelajaran ilmu pasti.
Ø  Memutarkan video tentang berbagai hal yang menakjubkan di alam dengan kebesaran Sang Pencipta.
Ø  Menceritakan kisah manusia-manusia pilihan Tuhan.
Ø  Berdiskusi tentang berbagai hal dan apa yang dapat anak lakukan sebagai manusia yang memiliki kelebihan dibanding makhluk lain di muka bumi.
Ø  Meminta anak untuk membuat karangan tentang berbagai pengalamannya ketika sedang mengalami kesulitan dan apa yang dia lakukan. Ketika menemukan jalan keluar dari kesulitan tersebut, kaitkan dengan betapa Tuhan itu sangat pengasih dan pemurah.
Ø  Memberikan pendidikan agama sekaligus membiasakannya menjalankan ibadah yang dianjurkan dan diwajibkan.
5.    Stimulasi Perkembangan Kognitif
Ø  Memberi contoh atau mendorong anak gemar membaca.
Ø  Mengenalkan lingkungan atau menstimulasi anak dengan berbagai informasi yang berada dalam lingkungannya.
Ø  Membiasakan anak untuk berani mengungkapkan ide atau gagasan atau mengajukan pertanyaan.
Ø  Mengembangkan kemampuan imajinasi atau daya cipta anak (mengarang, melukis)
Ø  Mendorong kemandirian anak untuk melakukan tugas atau pekerjaannya sendiri.   

E.   Implementasi Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun di SD
Pembelajaran di SD berbeda dengan di TK. Ketika anak masih belajar di TK, nuansa belajar sambil bermain masih sangat kental, sementara di SD anak sudah mulai mengikuti pembelajaran yang lebih bersifat akademis. Anak usia 6-8 tahun umumnya sudah berada dalam jenjang pendidikan sekolah dasar kelas awal (kelas 1, 2, dan 3). Proses pembelajaran yang diterima anak di kelas
sudah lebih terarah pada penguasaan kemampuan membaca, menulis, berhitung, dan berangsur-angsur anak mulai mendapatkan materi pembelajaran yang lebih luas.
Pembelajaran di SD pada umumnya perlu memperhatikan kemampuan dan potensi perkembangan anak, karena anak yang dibina dalam satu kelas tertentu memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Ada anak yang cepat menangkap pelajaran ada yang biasa saja bahkan ada anak yang lambat sehingga butuh kesabaran dan pengulangan sehingga anak dapat menguasai materi dengan baik.
Keragaman kemampuan yang dimiliki anak dan berbedanya irama perkembangan anak merupakan suatu aspek yang perlu difahami guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas Melalui pemaparan konsep perkembangan anak yang difokuskan pada perkembangan anak usia 6-8 tahun maka beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan atau pegangan guru dalam upaya melaksanakan proses pembelajaran yang memperhatikan perkembangan anak. Aspek-aspek tersebut yaitu :
1)    Sesuai dengan perkembangan fisik motorik anak, maka di kelas-kelas awal SD
dapat diajarkan :
ü  Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar
ü  Keterampilan dalam menggunakan alat-alat olah raga (menerima, menendangdan memukul)
ü  Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang dan sebagainya
ü  Baris berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban dan kedisiplinan.
2)   Guru dapat mengingatkan anak untuk senantiasa menjaga kondisi fisik dan selalu sarapan setiap pagi, karena kondisi fisik yang baik akan membantu anak-anak dalam menerima ide-ide atau materi pelajaran yang diberikan
3)   Pada usia ini guru sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan seperti membaca, menulis, berhitung, pengetahuan tentang manusia, hewan maupun lingkungan alam sekitar.
4)   Untuk pengembangan daya nalarnya, guru dapat melatih anak mengungkapkan pendapat, gagasan atau penilaian terhadap berbagai hal, baik yang dialaminya maupun peristiwa yang terjadi di lingkungannya.
5)   Memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang materi pelajaran yang dibacanya atau dijelaskan guru, membuat karangan, menyusun laporan yang dapat berupa hasil study tour atau diskusi kelompok.
6)   Dalam upaya pengembangan bahasa anak, maka guru dapat dengan sengaja menambah pembendaharaan kata, mengajar menyusun struktur kalimat, peribahasa, kesusastraan dan keterampilan mengarang.
7)   Bagi pengembangan sosial, guru dapat memberi tugas-tugas kelompok pada anak baik yang berbentuk tenaga fisik seperti membersihkan kelas atau halaman sekolah, maupun tugas yang membutuhkan pikiran seperti merencanakan kegiatan camping, atau membuat laporan study tour. Selain dari itu, guru perlu membantu mengembangkan sosial emosional anak dengan cara bermain peran, melibatkan anak dalam mengambil suatu keputusan, memberi kesempatan pada anak untuk berdiskusi dan memberi opini terhadap ide-ide orang lain.
8)   Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru sebaiknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Hal-hal yang dapat dilakukan guru diantaranya adalah :
v  Mengembangkan iklim kelas yang bebas dari ketegangan (misalnya guru tidak bersikap judes dan marah-marah).
v  Memperlakukan anak sebagai individu yang mempunyai harga diri (misalnya tidak menganaktirikan atau menganakemaskan salah satu anak tertentu, tidak mencemooh anak, dan menghargai pendapat anak)
v  Memberikan nilai secara objektif
v  Menghargai hasil karya anak
9)   Dalam menyusun kurikulum perlu diarahkan pada materi yang mampu memenuhi dan menumbuhkan rasa keingintahuan yang tinggi pada diri anak







BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di umur 6 – 8 tahun anak sudah memiliki kemampuan yang lebih meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya, anak usia sudah memiliki kemampuan sebagai berikut:
·         Mampu menguasai lebih kurang 14000 kata.
·         Mampu membedakan kata yang hampir sama.
·         Membuat dan menulis angka.
·         Sikap keagamaan represif meskipun masih banyak bertanya
·         Melempar atau menangkap bola kecil dengan jarak 5-10 meter
·         Menyapa dengan tutur kata yang sopan.
·         Mampu bergaul akrab dengan kawannya, bermain bersama dan mengadakan eksperimen kelompok
Saran
Diharapkan kepada para pembaca untuk mengkritik karya tulis ini dengan kritikan yang dapat membangun demi terciptanya karya tulis yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita.2015. Psikologi Perkembangan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2012. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspek. Jakarta: Kencana.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.
Morrison, George S. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.