MAKALAH
PERKEMBANGAN ANAK USIA 6 – 8 TAHUN
Disusun Oleh :
Nita Tri Wahyuni 1986207009
Rindi ning Tyas 1986207028
Syarifatur Rosyida 1986207029
Syifa Salsa Billah 1986207030
Risca Novita 1986207079
PROGRAM
STUDY
PENDIDIDKAN
GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH
TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BINA
INSAN MANDIRI
SURABAYA
2020
DAFTAR
ISI
Cover………………………………………………………………………………………………………………….i
Daftar
Isi………………………………………………………………………………………..………………ii
Kata
Pengantar………………………………………………………………………………………………iii
BAB I
A.
Latar
Belakang…………………………………………………………………………………..
B.
Rumusan
Masalah………………………………………………………………………………
C.
Tujuan
Pembahasan………………………………………………………………………….
D. Manfaat Pembahasan……………………………………………………………………….
BAB
II
A.
Tahap Perkembangan Anak
Usia 6-8 tahun……..………………………..
B.
Karakteristik Aspek
Perkembangan Anak…………………………………..
C.
Faktor-Faktor perkembangan
anak usia 6-8 tahun……………………
D. Stimulasi Perkembangan usia 6-8 tahun………………………………………
E.
Implementasi
perkembangan terhadap pembelajaran di SD…..
BAB
II
A.
Kesimpulan………………………………………………………………………………………....
B.
Saran dan
Kritik………………………………………………………………………………..
C.
Daftar
Isi…………………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi
Allah, tak henti-hentinya penulis haturkan kepada Allah Yang Maha Esa. Dialah
Allah yang Maha Melapangkan (Al-Basith) dan Maha Membimbing (Ar-Rasyid)
yang memberikan kelapangan hati dan membimbing kami dalam menghadapi dan
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan taslim kami junjungkan kepada Nabiullah
Muhammad saw. yang dengan perjuangan beliau sehingga Islam bangkit dipermukaan
bumi dan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu beberapa
derajat.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini tidak akan pernah
selesai dengan baik tanpa bantuan dari beberapa pihak yang senantiasa
memberi kami motivasi, dukungan, kritik, dan saran-sarannya dalam
menyelesaikan makalah ini. Mereka sangatlah
berarti bagi kami.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, baik dari segi kalimatnya sendiri
ataupun dari segi bobotnya. Sehingga, dengan rendah
hati kami mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Surabaya, 1 Januari 2020
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anak
usia dini adalah anak yang sedang berada dalam rentang usia 0 – 8 tahun. yang merupakan sosok individu yang sedang
berada dalam proses perkembangan. Perkembangan
anak merupakan proses perubahan perilaku dari tidak matang menjadi matang, dari sederhana menjadi kompleks,
suatu proses evolusi manusia dari ketergantungan
menjadi makhluk dewasa yang mandiri. Perkembangan anak adalah suatu proses perubahan dimana anak belajar
menguasai tingkat yang lebih tinggi dari aspek-aspek
: gerakan, berpikir, perasaan, dan interaksi baik dengan sesama
maupun dengan benda-benda dalam lingkungan hidupnya.
Perkembangan
anak perlu didukung oleh keluarga dan lingkungan, supaya tumbuh kembang anak berjalan secara optimal
dan kelak ia menjadi manusia dewasa yang
berkualitas dan menjadi insan yang berguna baik bagi dirinya maupun keluarga, bangsa dan negara. Proses pendidikan bagi anak usia dini secara
formal dapat ditempuh di TK, Play Group,
TPA atau SD kelas awal. Lembaga ini merupakan lembaga pendidikan yang ditujukan untuk melaksanakan suatu proses
pembelajaran agar anak dapat mengembangkan
potensi-potensinya sejak dini sehingga anak dapat berkembang secara wajar sebagai seorang anak. Melalui
suatu proses pembelajaran sejak usia dini, diharapkan
anak tidak saja siap untuk memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut, tetapi yang lebih utama agar anak memperoleh
rangsangan-rangsangan fisik-motorik, intelektual,
sosial, dan emosi sesuai dengan tingkat usianya.
Menurut Hibana (2002:2), bahwa makna pendidikan anak
usia dini adalah upaya yang terencana dan sistematis yang dilakukan
oleh pendidik atau pengasuh anak usia0-8
tahun dengantujuan agar anak mampu mengembangkan
potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut m
makna tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa potensi
anak harusdikembangkan secara
maksimal sejak dini karena
anak yang mendapatkan pembinaan
sejak usia dini akan
dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan
fisik dan mental yang akan berdampak karena
peningkatan prestasi belajar, sehingga akhirnya
anak akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang
dimiliki.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana Tahap Perkembangan
anak usia 6-8 tahun
2.
Bagaimana karakteristik
aspek Perkembangan anak
3.
Apa Faktor-Faktor perkembangan anak usia 6-8tahun
4.
Bagaimana stimulasi
pada usia perkembangan 6-8 tahun
5.
Bagaimana proses
belajar di SD
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Mengetahui tahapan
Perkembangan anak usia 6-8 tahun
2.
Memahami karakteristik
aspek perkembanagan
3.
Untuk mengetahui Faktor
– Faktor pada perkembangan anak usia 6-8tahun
4.
Mengerti stimulasi
pada usia perkembangan 6-8 tahun
5.
Paham Bagaimana
proses belajar di SD
D.
Manfaat Pembahasan
1.
Agar pembaca memahami
tentang Perkembangan anak usia 6-8 tahun
2.
Menjadi salah satu
sumber Informasi bagi pembaca
3.
Menjadi motifasi
pembaca agar dapat membuat makalah yang lebih dari ini.
4.
Menjadi alat ukur
diri dalam memahami sebuah materi yang telah disediakan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tahap Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun
1. Perkembangan Nilai
Agama dan Moral
Ø
Sikap keagamaan represif meskipun masih banyak
bertanya.
Ø
Penghayatan secara rohaniah masih superficial (belum
mendalam) meskipun mereka salah melakukan atau partisipasi dalam berbagai
kegiatan ritual.
Ø
Hal ketuhanannya secara ideosyncritic (menurut
khayalan pribadinya) sesuai dengan taraf kognitifnya yang masih bersifat
egosentris (memandang segala sesuatu dari sudut dirinya).
2. Perkembangan Fisik
Motorik
a)
Motorik Kasar
Ø
Berdiri dengan satu kaki tanpa jatuh
Ø
Berlari lurus tanpa jatuh dengan zigzag/bervariasi,
misalnya melalui rintangan
Ø
Berjalan lurus dan bervariasi
Ø
Melompat dari ketinggian 20 cm
Ø
Melempar atau menangkap bola kecil dengan jarak 5-10
meter
Ø
Mengkombinasikan gerakan jalan dan lari
Ø
Mengkombinasikan gerakan jalan, lari, melompat dan
melempar
Ø
Berguling kedepan
Ø
Sudah dapat mengendarai sepeda roda dua
Ø
Dapat menari dan mengikuti gerakan dalam senam irama.
b)
Motorik Halus
Ø
Menggambar orang dengan anggota tubuh lengkap.
Ø
Membuat dan menulis angka.
Ø
Membuat wajik, segitiga dan segiempat.
Ø
Memotong dan menggunting dengan sempurna.
Ø
Menggambar sesuai dengan penglihatan.
Ø
Meniru kalimat dengan tulisan tangan.
3. Perkembangan Kognitif
Ø
Mampu membedakan kata yang hampir sama.
Ø
Mampu mengenal angka 1-500 secara bertahap.
Ø
Mengenal nilai tempat.
Ø
Mampu memahami konsep penjumlahan dan pengurangan,
perkalian dan pembagian, bangun ruang, luas dan waktu.
Ø
Mengelompokkan benda menurut cerita.
Ø
Bermain teka-teki atau membuat kata menyebut huruf
atau bunyi awal kata.
4. Perkembangan Bahasa
Ø
Mampu menguasai lebih kurang 14000 kata.
Ø
Mampu memperkenalkan diri, nama, alamat dan
keluarganya.
Ø
Menceritakan banyak hal, diantaranya cerita mengenai
keadaan di rumah di sekolah, ibu, guru dan permainan yang disukai.
Ø
Anak mengerti bahwa kata mempunyai arti dan fungsi.
Ø
Anak dapat bercerita sendiri dengan gambar yang
dibuatnya.
Ø
Menyempurnakan kalimat dengan mengisi titik-titik.
Ø
Membaca, menyempurnakan kalimat sederhana dan meniru
kata.
Ø
Menyempurnakan kalimat secara lisan sesuai gambar.
Ø
Menceritakan kegiatan berdasarkan gambar dan membaca
percakapan.
Ø
Menjawab pertanyaan, menyanyikan lagu puisi yang
sesuai dengan gambar.
Ø
Membaca nyaring dengan lafal dan intonasi yang wajar.
5. Perkembangan Sosial
Emosional
Ø
Menyapa dengan tutur kata yang sopan.
Ø
Mampu bergaul akrab dengan kawannya, bermain bersama
dan mengadakan eksperimen kelompok.
Ø
Mampu bertingkah laku sesuai dengan norma etis dan
sosial di lingkungan.
Ø
Lebih sering bersaing dengan teman sebaya.
Ø
Masih dipengaruhi oleh pendapat dari teman sebaya.
Ø
Menjadi lebih mandiri di tempat bermain.
Ø
Sering bermain dengan teman sebaya.
B.
Karakteristik
Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun
1. Perkembangan motorik
Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik
anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan
kebutuhan atau minatnya. Masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas.
Anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan
lincah.Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan
yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis,
mengetik,
berenang, main bola dan atletik.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran
proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Dengan
kata lain, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar anak di
sekolah dasar. Pada masa usia ini, kematangan perkembangan motorik umumnya sudah
dicapai, karena itu anak sudah siap untuk menerima pelajaran keterampilan.
2.
Perkembangan
intelektual
Intelektual merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan pada
anak. Intelektual sering kali disinonimkan dengan kognitif, karena proses
intelektual banyak berhubungan dengan berbagai konsep yang telah dimiliki anak dan
berkenaan dengan bagaimana anak menggunakan kemampuan berfikirnya dalam memecahkan suatu persoalan.
Dalam
kehidupannya mungkin saja anak dihadapkan kepada persoalanpersoalan yang menuntut adanya pemecahan. Menyelesaikan
suatu persoalan merupakan langkah yang lebih kompleks pada
diri anak. Sebelum anak mampu menyelesaikan
persoalan, anak perlu memiliki kemampuan untuk mencari cara penyelesaiannya.
Faktor
kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas
dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah
mengingat dan berfikir. Kedua hal ini merupakan aktivitas kognitif yang perlu dikembangkan.
Perkembangan
struktur kognitif berlangsung menurut urutan yang sama bagi semua anak. Setiap anak akan mengalami dan
melewati setiap tahapan itu, sekalipun kecepatan
perkembangan dari tahapan-tahapan tersebut dilewati secara relatif dan ditentukan oleh banyak faktor seperti :
kematangan psikis, struktur syaraf, dan lamanya
pengalaman yang dilewati pada setiap tahapan perkembangan. Mekanisme
utama yang memungkinkan anak maju dari satu
tahap pemungsian kognitif ke tahap berikutnya
oleh Piaget disebut asimilasi, akomodasi dan ekuilibrium.
Para
ahli psikologi perkembangan mengakui bahwa pertumbuhan itu berlangsung secara terus menerus dan
mengikuti suatu tahapan perkembangan. Piaget melukiskan
urutan perkembangan kognitif ke dalam empat tahap yang berbeda secara kualitatif yaitu :
(1)
tahap sensorimotorik (lahir – 2 tahun),
(2)
tahap praoperasional (2 - 7
tahun),
(3)
tahap operasional konkrit (7 -11 Tahun) dan
(4)
tahap operasional formal ( 11 - 16 tahun).
Dari setiap tahapan itu urutannya tidak
berubah-ubah. Semua anak akan melalui ke empat tahapan tersebut
dengan urutan yang sama. Hal ini terjadi karena
masing-masing tahapan berasal dari pencapaian tahap sebelumnya. Tetapi sekalipun urutan kemunculan itu tidak
berubah-ubah, tidak menutup kemungkinan adanya
percepatan untuk melewati tahap-tahap itu secara lebih dini di satu sisi dan terhambat di sisi lainnya.
Anak
SD kelas awal berada pada tahap peralihan dari tahap praoperasional dan tahap operasional konkrit. Mungkin saja dapat
kita temukan anak-anak SD kelas awal sudah
mampu menguasai kemampuan-kemampuan dalam tahap operasional konkrit yang berupa dikuasainya kemampuan dalam
konservasi, klasifikasi dan seriasi.
Konservasi
merupakan suatu kemampuan untuk memahami bahwa sifat suatu obyek tidak berubah meskipun terjadi
transformasi terhadap obyek tersebut. Jenis konservasinya
adalah konservasi volume, jumlah, berat, panjang dan luas.
Klasifikasi adalah suatu kemampuan untuk mengelompokkan benda-benda berdasarkan
aspek tertentu, seperti warna, bentuk atau besaran. Sedangkan seriasi merupakan
kemampuan untuk dapat mengatur sesuatu secara berurutan. Misalnya mengurutkan
benda dari yang besar menuju yang kecil. Anak yang sudah memiliki kemampuan di atas
menunjukkan bahwa anak sudah masuk dalam masa operasi konkret atau masa berakhirnya berpikir khayal
dan mulai berfikir konkret (berkaitan dengan dunia nyata). Kemampuan ini merupakan
dasar bagi anak untuk dapat melaksanakan tugas-tugas belajar di SD yang
menuntut kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif seperti membaca, menulis
dan berhitung.
Pada periode ini anak sudah memiliki kemampuan dalam hal perhitungan (angka)
seperti menambah, mengurangi, mengalikan dan membagi. Di samping itu, pada
akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan memecahkan masalah (problem solving)
yang sederhana.
3.
Perkembangan
Bahasa
Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomuniasi, dimana pikiran dan perasaan
dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan
kata-kata, kalimat bunyi, lambar, gambar atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia
dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan
nilai-nilai moral atau agama. Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan
mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Pada masa
awal
sekolah dasar (usia 6 tahun) anak sudah menguasai sekitar 2500 kata, usia 8 tahun
20000 kata dan pada masa akhir (usia 11-12 tahun) telah menguasai sekitar 50000
kata (Abin Syamsudin M, 1991; Nana Syaodih S, 1990).
Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain,
anak sudah gemar membaca atau mendengarkan cerita yang bersifat kritis (tentang
perjalanan/petualangan, riwayat para pahlawan dsb). Pada masa ini tingkat berpikir
anak sudah lebih maju, anak banyak menanyakan soal waktu dan sebab akibat.
Oleh karena itu, kata tanya yang digunakannya yang semula hanya “apa”, sekarang
sudah diikuti dengan pertanyaan : “dimana”, “darimana”, “ke mana”, “mengapa”
dan “bagaimana”.
Faktor yang mempengaruhi perkembangan bahasa anak adalah :
1.
Proses kematangan, dengan perkataan lain anak
menjadi matang (organ organ suara/bicara sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
2.
Proses belajar, yang berarti anak yang sudah
matang untuk berbicara mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi
atau meniru ucapan.kata-kata yang didengarnya.
Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak, sehingga
pada usia anak masuk sekolah dasar, sudah sampai pada tingkat : (1) dapat
membuat kalimat yang lebih sempurna,
(2)
dapat membuat kalimat majemuk, dan
(3)
dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan.
4.
Perkembangan
Sosial
Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam berhubungan sosial
atau merupakan suatu proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan normanorma kelompok,
tradisi maupun moral agama. Perkembangan sosial pada anak usia 8
tahun sudah mulai ditandai dengan adanya perluasan hubungan di samping dengan keluarga
juga dengan orang dewasa dan teman lain di sekitarnya. Selain dari itu, pada
usia
ini anak mulai membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau dengan
teman sekelas, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya menjadi lebih luas.
Pada usia sekolah dasar anak sudah mulai memiliki kesanggupan untuk menyesuaikan
diri dari sifat egosentris (berfokus pada diri sendiri) kepada sikap yang kooperatif
(bekerjasama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
Anak dapat berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebayanya, dan bertambah
kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang).
Anak merasa tidak senang apabila tidak diterima dalam kelompoknya.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan kelompok
teman sebaya maupun dengan lingkungan masyarakat sekitarnya.
5.
Perkembangan Emosi
Menginjak usia sekolah dasar, anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi
secara kasar tidak dapat diterima dalam masyarakat. Anak mulai belajar untuk mengendalikan
dan mengontrol ekspresi emosinya. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh
anak melalui peniruan dan latihan (pembiasan). Dalam proses peniruan,
kemampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya sangatlah berpengaruh.cApabila
anak dikembangkan dalam lingkungan keluarga yang suasana emosionalnyacstabil,
maka perkembangan emosi anak cenderung stabil. Akan tetapi apabilackebiasaan
orang tua dalam mengekspresikan emosinya kurang stabil dan kurangckontrol
misalnya melampiaskan kemarahan dengan sikap agresif, mudah mengeluh,ckecewa
atau pesimis dalam menghadapi masalah, maka perkembangan emosi anakccenderung
kurang stabil.
Pada anak usia 5-7 tahun sudah mulai tumbuh bahwa anak tidak harus memahami
orang lain saja, tetapi sudah mulai tumbuh pemahaman tentang dirinya
sendiri.
Pada usia ini anak baru bisa memahami satu sifat atau satu kondisi tentang dirinya.
Misalnya anak mengatakan “saya senang matematika, atau saya tidak suka olah
raga). Beranjak pada usia 8 tahun, anak sudah mulai memiliki pemahaman dua sifat
secara bersama-sama, sambil dapat menjelaskan mengapa suka dan tidak suka.
Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah
dasar adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih saying, rasa ingin tahu,
dan kegembiraan (rasa senang, nikmat atau bahagia). Namun selain dari itu,
pada usia 8 tahun anak juga sudah mampu menilai diri sendiri dan konsep dirinya
sudah lebih akurat dan realistis.
Emosi
merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkah laku individu, termasuk pula perilaku belajar. Emosi yang
positif seperti perasaan senang, bergairah, bersemangat,
atau rasa ingin tahu akan mempengaruhi individu untuk mengonsentrasikan dirinya terhadap aktivitas
belajar, seperti memperhatikan penjelasan
guru, membaca buku, aktif dalam berdiskusi, mengerjakan tugas dandisiplin dalam
belajar. Sebaliknya apabila yang menyertai proses itu adalah emosi negatif, seperti perasaan tidak senang,
kecewa, tidak bergairah maka proses belajar akan
mengalami hambatan, dalam arti individu tidak dapat memusatkan perhatiannya untuk belajar sehingga kemungkinan besar anak
akan mengalami kegagalan dalam belajarnya.
Selain
pengaruh emosi tersebut di atas, anak usia 8 tahun sudah mempunyai kemampuan untuk dapat bekerja lebih cepat dan
efektif yang pada akhirnya dapat mengembangkan
rasa bahwa dirinya mampu mengerjakan sesuatu.
6.
Perkembangan Moral
Moral (kata latinnya “moris”) merupakan suatu adat istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai-nilai
atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas adalah kemauan untuk
menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Yang
termasuk dalam katagori nilai-nilai moral adalah:
Ø seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan,
memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
Ø larangan mencuri, berzina, membunuh meminum minuman keras dan berjudi.
Seseorang dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang
dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya.
Perkembangan moral anak dapat berlangsung melalui beberapa cara yakni :
ü Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang
tingkah laku yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orang tua, guru atau
orang dewasa lainnya. Di samping itu perlunya keteladanan orang tua, guru dan orang
dewasa lainnya dalam melakukan nilai-nilai moral.
ü Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau
meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya (seperti orang tua,
guru, kiai, atau orang dewasa lainnya)
ü Proses coba-coba (trial and error), yaitu
dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku
yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan sementara tingkah laku yang
mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya.
Penanaman nilai-nilai moral dimulai dari lingkungan keluarga dimana
orang tua memiliki andil yang besar untuk memberi pemahaman pada anak tentang mana
yang baik dan salah. Pada mulanya mungkin anak tidak mengerti konsep moral
ini, namun lambat laun anak akan dapat memahaminya.
Ketika anak berusia di bawah 6 tahun, perilaku yang ditunjukkannya didasari atas
kepatuhannya terhadap aturan orang tua atau orang dewasa lainnya, tetapi mema suki
usia 6-8 tahun perkembangan moral anak sudah berubah, pada usia ini anak memiliki
kemampuan lebih dalam memahami dan merefleksikan nilai-nilai moral.
Anak sudah lebih mampu melaksanakan peraturan mana yang benar dan mana
yang salah. Selain itu, pada usia ini anak sudah dapat memahami perbedaan
pendapat dengan orang lain.
C.
Faktor-Faktor
Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun
Beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak yaitu:
1). Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh merupakan suatu cara terbaik
yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak-anaknya sebagai
perwujudan dari rasa tanggung jawab kepada anak-anaknya.
Orang tua mempunyai tanggung jawab yang
paling besar terhadap perkembangan anak. Orang
tua harus menciptakan suasana yang kondusif
untuk mewujudkan pola asuh yang baik.
2). Lingkungan
Lingkungan dapat diartikan
secara fisiologis, psikologis dan sosio kultural.
a).Lingkungan Secara Fisiologis
Faktor lingkungan yang
mempengaruhi secara fisiologis mencakup segala
kondisi dan material jasmaniah di dalam
tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam,
suhu, sitem saraf, peredaran darah, pernafasan,
pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indokrin, sel-sel pertumbuhan dan
kesehatan jasmani.
b). Lingkungan Secara Psikologis
Secara psikologis, lingkungan
mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai
sejak dalam konsesi, kelahiran . stimulasi itu diantaranya berupa : sifat-sifat
gen,selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat,
kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas intelektual.
c). Lingkungan Secara Sosio-Kultural
Secara sosio-kultural lingkungan
meliputi segenap stimulasi, interaksi dan kondisi
eksternal dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun
karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola
hidup masyarakat, latihan, belajar, pendidikan
pengajaran baik dirumah ataupun di sekolah, dan
bimbingan penyuluhan.
3). Secara Keturunan
Faktor lain yang
mempengaruhi perkembangan anak adalah keturunan,
menurut Monks yaitu perkembangan anak
dilihat sebagai pertumbuhan dan pemasakan organisme.
Perkembangan bersifat endogen, artinya perkembangan tidak hanya berlangsung
spontan saja, melainkan juga harus dimengerti sebagai
pemekaran yang telah ditentukan secara biologis dan tidak
dapat berubah lagi.
D. Stimulasi Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun
1. Stimulasi Motorik
Stimulasi
motorik kasar yang bisa dilakukan:
Ø
Bermain kasti, basket, dan bola kaki. Kegiatan ini
sangat baik untuk melatih keterampilan menggunakan otot kaki. Anak juga belajar
mengenal adanya aturan main, sportivitas, kompetisi dan kerja sama dalam sebuah
tim.
Ø
Berenang. Manfaat dari kegiatan ini sangat banyak
karena melatih semua unsur motorik kasar anak. Anak pun mendapat pelajaran dan
latihan mengenai perbedaan berat jenis maupun keseimbangan tubuh.
Ø
Lompat jauh. Manfaatnya hampir sama dengan bermain
bola kaki dan sejenisnya. Pada kegiatan ini anak mendapatkan point plus, yaitu
prediksi terhadap jarak.
Ø
Lari maraton. Manfaatnya mirip sekali dengan lompat
jauh, hanya caranya yang berbeda.
Ø
Kegiatan outbound. Seperti halnya berenang, maka
dengan ber-outbound semua kemampuan motorik kasar dilatih. Malahan anak bisa
mendapatkan hal yang lain, seperti keberanian, survival, dan kedekatan dengan
Maha Pencipta serta kesadaran pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia
dengan hewan dan tumbuhan.
Stimulasi
motorik halus:
Ø
Menggambar, melukis dengan berbagai media.
Ø
Membuat kerajinan dari tanah liat.
Ø
Membuat seni kerajinan tangan, misalnya membuat boneka
dari kain perca.
Ø
Bermain alat musik seperti gitar, biola, piano dan
sebagainya.
2. Stimulasi Bahasa
Aneka
kegiatan yang bisa orang tua lakukan guna menstimulasi bahasa anak adalah:
Ø
Mengadakan acara mendongeng.
Ø
Membaca buku cerita, baik dilakukan oleh orang tua
atau si anak sendiri.
Ø
Menceritakan kembali suatu kisah dari buku cerita yang
sudah dia baca.
Ø
Sharing mengenai pengalaman sehari-hari yang bisa
dilakukan secara verbal, gambar atau tulisan.
Ø
Berdiskusi tentang suatu tema
3. Stimulasi Sosial
Emosional
Stimulasi
Sosial Emosional dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal maupun
intrapersonal anak balita maupun 6-8 tahun. Manfaat utamanya adalah mengembangkan
rasa percaya diri, memupuk kemandirian, mengetahui dan menjalani aturan,
memahami orang lain, dan mau berbagi.
Cara
memberikan stimulasi bisa dengan cara sebagai berikut:
Ø
Biarkan anak melakukan sendiri apa yang bisa ia
lakukan.
Ø
Buatlah kesepakatan tentang berbagai hal yang
baik/boleh dan tidak, serta konsekuensinya. Tentu dengan bahasa yang bisa
dipahami anak.
Ø
Berikan penghargaan untuk hal-hal yang dapat
dilakukanya dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya. Bisa juga ketika anak
dapat mengikuti aturan (terutama pada awal mula diterapkan suatu aturan).
Ø
Berikan konsekuensi negatif atau punishment terhadap
tingkah laku anak yang kurang baik atau tidak sesuai dengan aturan. Untuk hal
ini perlu mempertimbangkan usia anak.
Ø
Berikan perhatian untuk berbagai reaksi emosi anak.
Contoh, saat dia sedih, gembira, marah, berikanlah respons yang sesuai dengan
kebutuhannya kala itu.
Ø
Anak difasilitasi untuk bermain peran.
Ø
Biasakan anak untuk mampu mengungkapkan perasaanya,
baik secara verbal, tulisan, ataupun gambar.
Ø
Biasakan mau berbagi dalam setiap kesempatan.
4. Stimulasi Spiritual
Sifat
spiritual berkaitan erat dengan kesadaran adanya Sang Pencipta. Di sinilah anak
belajar tentang kewajiban tertentu sebagai hamba Tuhan sesuai ajaran agama
masing-masing. Selain itu kecerdasan spiritual juga berkaitan dengan pemahaman
bahwa ia menjadi bagian dari alam semesta. Di sini anak memiliki peran tertentu
supaya bisa hidup harmonis dengan seluruh makhluk Tuhan.
Hal-hal
yang dapat dilakukan untuk menumbuhkembangkan kecerdasan spritual anak balita
dan usia 6--8 tahun adalah sebagai berikut:
Ø
Lakukan diskusi bahwa semua benda di sekitarnya ada
yang menciptakan. Contoh, “Siapa yang membuat meja ini?” anak menjawab, “Tukang
kayu.” Lalu kita berikan lagi pemahaman padanya “Apakah sama meja ini dengan
tukang kayu yang membuatnya?”
Ø
Mengaitkan materi-materi pelajaran atau hal-hal di
sekitarnya dengan kebesaran Tuhan, terlebih pada pelajaran ilmu pasti.
Ø
Memutarkan video tentang berbagai hal yang menakjubkan
di alam dengan kebesaran Sang Pencipta.
Ø
Menceritakan kisah manusia-manusia pilihan Tuhan.
Ø
Berdiskusi tentang berbagai hal dan apa yang dapat
anak lakukan sebagai manusia yang memiliki kelebihan dibanding makhluk lain di
muka bumi.
Ø
Meminta anak untuk membuat karangan tentang berbagai
pengalamannya ketika sedang mengalami kesulitan dan apa yang dia lakukan.
Ketika menemukan jalan keluar dari kesulitan tersebut, kaitkan dengan betapa
Tuhan itu sangat pengasih dan pemurah.
Ø
Memberikan pendidikan agama sekaligus membiasakannya
menjalankan ibadah yang dianjurkan dan diwajibkan.
5. Stimulasi
Perkembangan Kognitif
Ø
Memberi contoh atau mendorong anak gemar membaca.
Ø
Mengenalkan lingkungan atau menstimulasi anak dengan
berbagai informasi yang berada dalam lingkungannya.
Ø
Membiasakan anak untuk berani mengungkapkan ide atau
gagasan atau mengajukan pertanyaan.
Ø
Mengembangkan kemampuan imajinasi atau daya cipta anak
(mengarang, melukis)
Ø
Mendorong kemandirian anak untuk melakukan tugas atau
pekerjaannya sendiri.
E.
Implementasi
Perkembangan Anak Usia 6-8 Tahun di SD
Pembelajaran
di SD berbeda dengan di TK. Ketika anak masih belajar di TK, nuansa belajar sambil bermain masih sangat
kental, sementara di SD anak sudah mulai
mengikuti pembelajaran yang lebih bersifat akademis. Anak usia 6-8 tahun umumnya sudah berada
dalam jenjang pendidikan sekolah dasar
kelas awal (kelas 1, 2, dan 3). Proses pembelajaran yang diterima anak di kelas
sudah lebih terarah pada penguasaan kemampuan
membaca, menulis, berhitung, dan berangsur-angsur
anak mulai mendapatkan materi pembelajaran yang lebih luas.
Pembelajaran
di SD pada umumnya perlu memperhatikan kemampuan dan potensi perkembangan anak, karena anak yang
dibina dalam satu kelas tertentu memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Ada anak yang cepat menangkap pelajaran ada yang biasa saja bahkan ada anak yang
lambat sehingga butuh kesabaran dan pengulangan
sehingga anak dapat menguasai materi dengan baik.
Keragaman
kemampuan yang dimiliki anak dan berbedanya irama perkembangan
anak merupakan suatu aspek yang perlu difahami guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas Melalui pemaparan konsep perkembangan anak
yang difokuskan pada perkembangan anak usia 6-8 tahun maka
beberapa hal di bawah ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan atau pegangan guru dalam upaya melaksanakan proses pembelajaran yang memperhatikan perkembangan
anak. Aspek-aspek tersebut yaitu :
1) Sesuai
dengan perkembangan fisik motorik anak, maka di kelas-kelas awal SD
dapat
diajarkan :
ü Dasar-dasar
keterampilan untuk menulis dan menggambar
ü Keterampilan
dalam menggunakan alat-alat olah raga (menerima, menendangdan memukul)
ü Gerakan-gerakan
untuk meloncat, berlari, berenang dan sebagainya
ü Baris
berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban dan kedisiplinan.
2) Guru
dapat mengingatkan anak untuk senantiasa menjaga kondisi fisik dan selalu sarapan setiap pagi, karena kondisi fisik
yang baik akan membantu anak-anak dalam
menerima ide-ide atau materi pelajaran yang diberikan
3) Pada
usia ini guru sudah dapat diberikan dasar-dasar keilmuan seperti membaca, menulis, berhitung, pengetahuan tentang
manusia, hewan maupun lingkungan alam
sekitar.
4) Untuk
pengembangan daya nalarnya, guru dapat melatih anak mengungkapkan pendapat, gagasan atau penilaian terhadap
berbagai hal, baik yang dialaminya maupun
peristiwa yang terjadi di lingkungannya.
5) Memberikan
kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan komentar atau pendapatnya tentang
materi pelajaran yang dibacanya atau
dijelaskan guru, membuat karangan, menyusun laporan yang dapat berupa hasil study tour atau diskusi
kelompok.
6) Dalam
upaya pengembangan bahasa anak, maka guru dapat dengan sengaja menambah pembendaharaan kata, mengajar
menyusun struktur kalimat, peribahasa,
kesusastraan dan keterampilan mengarang.
7) Bagi
pengembangan sosial, guru dapat memberi tugas-tugas kelompok pada anak baik yang berbentuk tenaga fisik seperti
membersihkan kelas atau halaman sekolah,
maupun tugas yang membutuhkan pikiran seperti merencanakan kegiatan camping, atau membuat laporan study tour. Selain
dari itu, guru perlu membantu mengembangkan
sosial emosional anak dengan cara bermain peran, melibatkan anak dalam mengambil suatu keputusan, memberi
kesempatan pada anak untuk berdiskusi
dan memberi opini terhadap ide-ide orang lain.
8) Dalam
melaksanakan proses pembelajaran, guru sebaiknya mempunyai kepedulian untuk menciptakan situasi belajar
yang menyenangkan atau kondusif bagi
terciptanya proses pembelajaran yang efektif. Hal-hal yang dapat dilakukan guru diantaranya adalah :
v Mengembangkan
iklim kelas yang bebas dari ketegangan (misalnya guru tidak bersikap judes dan marah-marah).
v Memperlakukan
anak sebagai individu yang mempunyai harga diri (misalnya tidak menganaktirikan atau menganakemaskan
salah satu anak tertentu, tidak mencemooh
anak, dan menghargai pendapat anak)
v Memberikan
nilai secara objektif
v Menghargai
hasil karya anak
9) Dalam
menyusun kurikulum perlu diarahkan pada materi yang mampu memenuhi dan menumbuhkan rasa keingintahuan
yang tinggi pada diri anak
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Di
umur 6 – 8 tahun anak sudah memiliki kemampuan yang lebih meningkat dibanding
tahun-tahun sebelumnya, anak usia sudah memiliki kemampuan sebagai berikut:
· Mampu menguasai lebih
kurang 14000 kata.
· Mampu membedakan kata
yang hampir sama.
· Membuat dan menulis
angka.
· Sikap keagamaan
represif meskipun masih banyak bertanya
· Melempar atau
menangkap bola kecil dengan jarak 5-10 meter
· Menyapa dengan tutur
kata yang sopan.
· Mampu bergaul akrab
dengan kawannya, bermain bersama dan mengadakan eksperimen kelompok
Saran
Diharapkan
kepada para pembaca untuk mengkritik karya tulis ini dengan kritikan yang dapat
membangun demi terciptanya karya tulis yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita.2015. Psikologi
Perkembangan. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Susanto, Ahmad.
2012. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar dalam Berbagai Aspek.
Jakarta: Kencana.
Sujiono, Yuliani
Nurani. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT.
Indeks.
Morrison, George S.
2012. Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks.